Jakarta-Konser penyanyi nyentrik Lady
Gaga di tanah air memang sepertinya bakal gagal berlangsung. Tapi hal itu tak
menyurutkan spekulasi di ranah publik. Reaksi Front Pembela Islam (FPI) yang
berhasil menggagalkan rencana kedatangan penyanyi kontroversial ini pun mulai
dicibir. Masyarakat mulai membanding-bandingkan alasan seksi yang diutarakan
FPI dengan realita dunia musik di Indonesia.
Tak sedikit
publik yang berpendapat bahwa kebinalan Lady Gaga di panggung sama panasnya
dengan hiburan masyarakat yang telah mengakar di Indonesia seperti dangdut
koplo. Atau dangdut modern yang
dimainkan satu grup musik atau Orkes Melayu (OM), dengan biduanita yang kadang
memiliki goyangan yang sensual.
Perbedaan aksi
panggung dua penyanyi lain ‘alam’ itu pun mulai digadang-gadang. Aksi panggung
Lady Gaga berupa penampilan live baik
dengan koreografi goyangan atau atraksi lain di atas panggung merupakan sebuah
konsep matang. Sementara, goyangan biduan dangdut koplo lebih kepada
improvisasi. Biduan juga punya pilihan untuk tampil seksi atau sekedar
bergoyang biasa.
Terdapat perbedaan
mendasar mengenai interaksi sang bintang dengan penonton. Dalam konser Lady Gaga,
interaksi terjalin lewat komunikasi verbal, dan sangat jarang ada penonton yang
berani naik ke atas panggung kala sang musisi tengah menggeber aksinya. Sedangkan
penonton dan biduan dangdut koplo jauh lebih intim. Apalagi bila ada tradisi
saweran, penonton seolah berlomba-lomba berdiri
di atas panggung bersama sang biduan, menaburkan uang dan kadang menyelipkannya
ke bagian tubuh sang penyanyi. Biduan dandut koplo biasanya bergoyang semakin
panas kala uang mengalir.
Nah, jika
melihat beberapa sisi tersebut, apakah wajar jika konser Lady Gaga dengan
alasan seksi, sementara ada tontonan yang jauh lebih seronok mengakar di
masyarakat? Lalu apakah FPI bereaksi sama lantangnya untuk menanggulangi konser
dangdut koplo?
“Kalau untuk
melihat alasan itu, yang lebih erotis dari Lady Gaga banyak di sini,
tayangan-tayangan YouTube dan acara musik dangdut di daerah apa nggak vulgar?”
ujar pengamat musik, Denny Sakrie.
Denny juga
tidak sependapat dengan pihak yang yang meyudutkan penyanyi Lady Gaga.
“Lady Gaga
merusak moral di mananya? Dia hanya tampil dua jam di sini, menyanyi dan
menghibur, lalu dibilang bisa mengganggu stabilitas keamanan, kan tugas pihak
kepolisian mengamankan,” ujarnya.
Tidak hanya
Denny Sakrie, pengamat musik Bens Leo juga menuturkan hal yang sama.
“Penyanyi
dangdut koplo di sini lebih panas dan vulgar dari Lady Gaga, kenapa nggak itu
aja yang ditindak,” ujar Bens Leo.
Sebagai perbandingan,
Bens Leo menuturkan tentang konser Beyonce di Malaysia dan Indonesia. Di
Malaysia, pelantun If I Were A Boy
ini memang dilarang tampil. Tapi, begitu konser di Indonesia, Beyonce tampil
sesuai dengan kondisi di Indonesia, tidak vulgar seperti di dalam video klipnya.
“Coba lihat lagi konser Beyonce yang digelar di Jakarta tahun 2007, dia tampil
tidak dengan celana dalam dan tidak seksi seperti di video klipnya. Berarti manajemennya
menyesuaikan dengan negara yang disambangi Beyonce,” katanya.
“Saya yakin manajemen
Lady Gaga pasti akan menyesuaikan pakaian Lady Gaga dengan negara yang
menggelar konsernya, seperti manajemen Beyonce, dengan pembatalan itu saya
pesimis kalau konser Lady Gaga tetap digelar,” tutur Bens lagi.
Source: Koran RADAR
BOGOR (Jumat, 18 Mei 2012)