Sabtu, 19 Februari 2011

Kehilangan Itu Menyakitkan

Oleh : Eva Fathia Amalia

Perempuan itu terus memandangi foto kedua orang yang ia sayangi dengan air mata yang berlinang menyusuri pipinya yang merah. Perempuan itu sangat kehilangan dan sangat terpukul atas kematian kedua orang yang sangat ia cintai dan ia sayangi tersebut. Tanpa disadari, ada seorang lelaki yang memperhatikannya sejak tadi. Karena penasaran, lelaki itu kemudian menghampiri perempuan tersebut.

"Kesedihan hanya akan membuat hidup kita semakin terpuruk dan memperburuk keadaan. Untuk apa kita menangisi orang yang telah tiada.? Tidak ada gunanya.!" kata lelaki itu dengan ucapan yang meyakinkan. Perempuan itu mendengar apa yang baru saja lelaki tersebut katakan padanya. Karena tidak terima dengan ucapan lelaki tersebut, perempuan itu bangkit dari tempat duduknya lalu berkata,"Mulut Anda sepertinya tidak bisa dijaga ya.? Dan untuk apa Anda ada disini.?" tanya perempuan tersebut penuh rasa heran. Lelaki itu hanya senyum-senyum sendiri sambil berkaca di cermin. "Maaf Nona, saya memperhatikan Anda sejak tadi. Saya kesini hanya ingin mencari angin saja." lanjutnya. "Apa kata Anda.? Mencari angin.? Tapi, mengapa Anda mengatakan hal demikian kepada saya.? Apa maksud Anda.?" tegas perempuan tersebut menatap lekat-lekat mata sang lelaki. "Wahai Nona yang cantik.! Seharusnya Anda menghabiskan waktu Anda di dunia ini dengan bersenang-senang, yah... pada intinya having fun-lah. Untuk apa bersedih sekian lama seperti ini.? Anda terlalu berlarut-larut dengan kesedihan Anda sendiri." kata lelaki tersebut dengan ketusnya. Perempuan itu lalu melangkah ke arah utara, kemudian berkata sesuatu kepada lelaki tersebut., "Dunia tak selamanya memberikan kita kebebasan, Bung.!" Kata-kata yang cukup membuat lelaki tersebut kaget. " Hheh, atau mungkin Anda tidak pernah merasakan hal yang sama dengan saya. Anda tidak pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang Anda sayangi dan Anda cintai. Yang Anda tahu hanyalah bagaimana caranya Anda membuat orang-orang di sekitar Anda menderita dan Anda akan merasa senang." Matanya sekarang bertambah merah dan air matanya terus mengalir tanpa henti. "Cukuuup!" bentak lelaki itu dengan wajah yang memerah. Keduanya terdiam.

Keadaan pun menjadi hening. Tak ada satu ucapan pun yang terdengar, hanya hembusan angin yang bersorak-sorak di atas langit sana. Kemudian, perempuan tersebut melanjutkan pembicaraannya dengan air mata yang masih berlinang di pipinya yang merah itu. "Anda tidak akan pernah tahu bagaimana saya kehilangan ibu saya disaat saya berusia 14 tahun. Ibu yang selalu ada untuk saya, Ibu yang selalu mendengarkan curahan hati saya, dan Ibu yang selalu mendukung saya saat saya melakukan sesuatu. Namun kini, beliau telah dipanggil Yang Maha Kuasa, beliau telah tiada. Dan sekarang saya hanya tinggal dengan Ayah dan adik laki-laki saya. Sekarang, saya harus kehilangan orang yang saya cintai juga, yaitu kekasih saya. Orang yang selama ini saya sayangi dan saya cintai, pergi begitu cepat tanpa meninggalkan pesan apapaun pada saya. Dan semua itu, sangat menyakitkan. Apakah Anda akan merasakan hal demikian apabila Anda berada di posisi saya.?" Kini isakan tangisannya semakin menjadi-jadi. Lelaki itu terhentak akan perkataan perempuan tersebut. Lelaki tersebut mengikuti langkah perempuan tersebut dan menyentuh pundaknya. "Please, jangan usik hidup saya lagi." kata perempuan tersebut. "Maaf, saya tidak punya yang cukup lama hanya untuk berbicara dengan Anda. Saya harus pergi" lanjutnya. Perempuan itu meninggalkan lelaki tersebut. Lelaki itu hanya terdiam terpaku di tempat tersebut sambil memikirkan kembali perkataan perempuan tersebut.Lelaki tersebut sepertinya sekarang telah terbuka hatinya bahwa hidup kita pada akhirnya akan berujung kepada kematian. Kehidupan yang abadi. Lelaki itu akhirnya meninggalkan tempat itu pula mengikuti langkah perempuan tersebut. Tamat.!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar